APD Media Indonesia , Jakarta - Dinas Koperasi Pemprov Jawa Barat menilai "Sudah Cukup Sehat" terh...
APD Media Indonesia , Jakarta - Dinas Koperasi Pemprov Jawa Barat menilai "Sudah Cukup Sehat" terhadap Koperasi di wilayah tersebut. Melania Credit Union pada Mei 2023. Surat itu ditandatangani Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Provinsi Jawa Barat, Kusmana Hartadji.
Berdasarkan dokumen yang diterima Tempo , Koperasi Melania Kredit Usaha mencapai nilai 79,86 pada tahun buku 2022. Seperti disebutkan dalam poin ketiga keputusan: "Implementasi program kesejahteraan di koperasi dilakukan dengan mengacu pada data serta laporan keuangan yang telah dievaluasi oleh Perusahaan Akuntansi Publik (PAP), sementara seluruh tanggung jawab atas akurasinya menjadi milik pengelola koperasi."
Selanjutnya dari laporan pemeriksaan koperasi simpan pinjam yang terletak di Jl. Batik Rengganis No. 2 Bandung, disebutkan bahwa tingkat likuiditasnya mencapai 85%.
Adapun mengacu pada Analisa Pearls Sebagai instrumen pengawasan atau sistem pelacakan, indikator kesehatan Credit Union mengungkapkan bahwa rasio likuiditas dari Melania Credit Union pada laporan tahun 2022 mencapai 0,77%, yang termasuk angka rendah. Pada tahun sebelumnya, nilai likuiditas tercatat 5,29%. Sementara itu, di tahun 2020 ketika pandemi COVID-19 masih melanda, indeks tersebut berada di posisi 5,01%.
Merespon masalah tersebut, mantan Kepala Dinas Koperasi di Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kusmana Hartadji, yang saat ini bertugas sebagai Asisten Administrasi Umum, menyebut bahwa temuan itu cocok dengan laporan dari tim pengawasan koperasi yang melakukan pemeriksaan berdasarkan data yang tersedia. Dia menjelaskan melalui pesan singkat, "Temuannya demikian, dan setuju dengan kalimat akhir yakni apabila dokumen yang dikirim tak sinkron, maka perlu diperbaharui secara tepat." WhatsApp , Selasa sore, 15 April 2025.
Ia kemudian merujuk Tempo Untuk menghubungi departemen pengawasannya terkait koperasi, namun sampai saat informasi ini dirilis, pesan yang dikirim belum mendapat respon.
Berdasarkan catatan urutan waktu yang kami terima Tempo Dalam laporan dari Tim Komite Krisis disebutkan bahwa di tahun 2023 telah terjadi masalah likuiditas, dimana para anggotanya mengalami kesulitan dalam penarikan simpanan mereka. Sebelum Rapat Anggota Tahunan atau RAT yang dilaksanakan pada tahun 2023 tersebut, semua pengawas memilih untuk mundur. Di saat pelaksanaan RAT 2023 itu sendiri, pihak pengurus menyampaikan informasi tentang kenaikan Non Performing Loan (NPL). non performing loan (kredit bermasalah) dari 4,85 persen naik hingga sekitar 86 persen dalam jangka waktu yang tidak sampai satu tahun. Penyampaian laporan keterpimpinan disetujui oleh pihak berwenang tetapi penjabatannya ditolak; akibatnya semua petugas pun mengundurkan diri. Sejumlah anggota setelah itu mencalonkan dirinya menjadi pemegang tampuk pimpinan serta pengawasan baru.
Penolakan manajer untuk membuka data Non-Performing Loan (NPL) selama Rapat Anggota Tahunan (RAT) ternyata bukan karena kode etik, melainkan untuk menutupi besarnya NPL yang mencengangkan. NPL ini ditemukan oleh tim verifikasi dan pengurus yang dibentuk dalam RAT 2023.
Manager yang kurang bersinergi meninggalkan beban utang besar, baik pada anggota maupun pihak luar. Walaupun beberapa pihak mendorong pengelola baru agar secepatnya membentuk akta, tim pengecek tetap menekankan kebutuhan untuk mengidentifikasi sumber permasalahan yang menyebabkan kondisi koperasi tersebut. gagal bayar Jika akta telah disusun, orang itu bisa melepaskan diri dari kewajiban membayar hutang yang dimilikinya.
Seorang anggota Koperasi Melania bernama Yustikono menyebut bahwa ia sudah melihat tanda-tanda keruntuhan pada lembaga tersebut sejak tahun 2022. Ia menjelaskan bahwa operasional pengambilan dana di Melania Credit Union masih berlangsung dengan baik hingga sebelum kehancuran terjadi. "Saya tidak menyangka ternyata situasinya seperti ini," ungkapnya saat wawancara. Tempo , Senin, 14 April 2025.
Mengenai tuduhan kebangkrutan tersebut, Yustikno selaku pengurus Dana Umat dari Amal Penguburan Katolik (APK) Paroki St. Melania menyebut telah menyiapkan langkah preventif dengan meminta cairnya dana. Menurut pernyataannya, jumlah uang yang disediakan oleh koperasi saat itu hanyalah sebesar Rp 5 juta.
Dia menyebutkan bahwa para anggota koperasi diminta untuk menandatangi formulir pengajuan penarikan dana yang masih kosong. Pada dokumen tersebut, anggota mencantumkan jumlah penarikan dana ke kooperatif, namun uangnya tak kunjung dicairkan.
Dia menyebutkan adanya dugaan kecurangan dari seorang anggota koperasi yang mencurigai bahwa formulir aplikasinya digunakan dengan cara yang tidak tepat oleh para manajer koperasi. "Sebuah cerita tentang sahabatku; tiba-tiba saja simpanannya hilang, sungguh ganjil dan mengejutkan," ucapnya.
Terakhir kali dia berkunjung ke kantor koperasi Melania adalah di bulan Januari 2025. Sebelumnya, bendahara dari APK tersebut biasa datang ke tempat ini secara mingguan. Tetapi, menurut pengakuannya, Kantor Koperasi Melania telah ditutup sejak September 2024. "Sulit untuk percaya bahwa masih dapat berfungsi atau dibuka; tidak ada tanda-tanda aktivitas," ungkapnya.
Dia menginginkan para petugas koperasi dapat menggunakan sumber daya terbuka mereka guna membayar kembali uang anggotanya. Sumber daya tersebut, menurut Yustikno, datang dari kantor perwakilan koperasi yang ada di seluruh Bandung. Dia menyatakan bahwa beberapa gedung tempat kerja milik koperasi ini memiliki nilai jual hingga mencapai miliaran rupiah jika dipindahtangan. "Kami" sih menginginkan adanya harta-harta benda tersebut, karena tentu saja dapat diubah menjadi uang."
Dia pernah bertemu secara tak sengaja dengan ketua koperasi dari gereja tersebut. Dia menceritakan bahwa sang ketua memberikan permohonan maaf terkait masalah pelunasan yang ia alami. Ketua koperasi ini juga menyebut sudah mencoba memperoleh pinjaman namun tanpa sukses. "Tidak usah khawatirlah. Jika ada, tentu kami akan mendahulukannya bagi dana jemaat," ujar Yustikino merujuk pada perkataan Ketua Melania Credit Union. Meski begitu, komitmennya itu sampai saat ini belum direalisasikan.
Pisahkan dari hal lain tersebut, Janto—yang bukan merupakan namanya yang sesungguhnya—menuturkan bahwa ia sempat berjumpa dengan Manajer Koperasi, William Setiadi, serta dua anggota pengawas koperasi di Kantor Dinas KUKM Jawa Barat pada tanggal 15 Juli 2024 kemarin. “Saya tanyakan kepada mereka mulai kapan Koperasi Melania Credit Union mengalami kesulitan finansial?” lanjutan pertanyaannya ini dibalas oleh William dengan jawaban sudah terjadi sejak bulan Februari 2022,” ungkap Janto merujuk perkataan manajer tersebut. Pada tahun 2022, dirinya bersama pasangannya mempercayakan deposito dana senilai kurang lebih tujuh ratus juta rupiah yang dibagi menjadi beberapa sertifikat. Gabungan seluruh simpanannya mencapai total satu setengah milyar rupiah sampai saat ini masih tersimpan di tempat lembaga koperasi tersebut.
Tempo Mengontak petugas dan manajemen Koperasi Melania Credit Union. "Mohon untuk berkenan menemui pengurusnya langsung," balas William melaluiWhatsApp pada hari Sabtu, tanggal 12 April 2025. Sementara itu, Ketua Koperasi Melania Andreas Indrayadi serta Wakil Ketua Djoko Susilo tidak merespons panggilan telpon atau pesan singkat yang dikirim oleh Tempo.
Koperasi Melania didirikan pada tahun 1991 oleh beberapa warga yang berasal dari area sekitar Gereja Santa Melania. Tahun 2003, koperasi tersebut resmi membuka dirinya kepada publik setelah memperoleh persetujuan dari Walikota Bandung melalui kepala dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil Menengah, dan Perindustrian dengan nomor dokumen 512/BH.12-DISKOP/2003 tertanggal 13 Februari 2003.
Catatan Tempo , koperasi Kredit tersebut tercatat memiliki kegagalan pembayaran dengan jumlah simpanan anggota mencapai Rp 210 miliar karena adanya kerugian kredit bermasalah sebesar Rp 263 miliar, yang setara dengan 87 persen dari seluruh asetnya.
Alfitri Nefi dan Han Revanda berkontribusi dalam tulisan ini.
COMMENTS